KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Aspek etika ilmu, tekhnologi dan seni dalam
hubungannya dengan ketuhanan”.Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
wawasan IPTEKS.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ilmu, Teknologi dan Seni
2.2 Pandangan
Islam Tentang IPTEKS
2.3 Etika
Dalam Bidang IPTEKS
BAB III PENUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Perkembangan teknologi
di masa sekarang semakin terasa pesat dan sangat diperlukan oleh manusia. Sukar
untuk dibayangkan manusia sekarang hidup tanpa teknologi. Kehidupan harian masa
sekarang mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal sampai alat-alat
transportasi, alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, kesehatan dan semua
aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari pada penggunaan teknologi, oleh
sebab itu tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi sangatlah berperan penting
dalam kehidupan manusia.
Penemuan tekhnologi telah memberikan
bermacam-macam kemudahan bagi manusia. Namun dengan berkembangnya tekhnologi
dimana sekarang ini timbullah masalah-masalah yang tidak etis yang tidak pernah
terduga sebelumnya, seperti penyalahgunaan tekhnologi dikalangan masyarakat.
Alasan inilah yang melatarbelakangi kami menulis makalah berjudul “ASPEK ETIKA
ILMU, TEKHNOLOGI DAN SENI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KETUHANAN”. Makalah ini juga
kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah WAWASAN IPTEKS. Untuk penjelasan
lebih lanjut akan kami bahas dalam bab-bab selanjutnya.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni
2.
Bagaimana pandangan Islam tentang IPTEKS
3.
Bagaimana etika dalam bidang IPTEKS
C.
Tujuan penulisan makalah
Makalah ini disusun
dengan tujuan:
1.
Untuk mengetahui aspek etika dalam
bidang IPTEKS
2.
Untuk mengetahui bagaimana pandangan
Islam tentang IPTEKS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu , Teknologi dan
Seni
1. Ilmu
Pengertian “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu.
Suatu pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera manusia dapat
dikerucutkan sebagai sebuah ilmu, apabila memenuhi tiga unsur pokok, yakni :
· Ontology
Pengetahuan yang dikaji
memiliki bidang studi yang jelas, dapat diidentifikasi, dapat diberi batasan,
dan memiliki sifat essensial
· Epistimologi
Pengetahuan memiliki
metode kerja yang jelas. Proses perolehan bidang studi atau objek tersebut
memenuhi metode deduksi, induksi atau eduksi. Pada metode deduksi, proses
engolahan bidang studi diuraikan dari suatu bidang yang sempit. Sedangkan
metode induksi, ilmu tersebut berproses dari bidang yang luas dan dikerucutkan
menjadi bidang tertentu.
· Aksiologi
Pengetahuan atau bidang studi
memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam artian, tidak terdapat kerancuan, atau
pun sifat kontradiktif (koheren)
Meurut
Supraptono (2008:198), norma ilmu bersifat universalisme, komunalisme,
disinterestedness, dan skeptimisme. Universalisme berarti bahwa ilmu
tidak bergantung ras, warna kulit, dan pembeda-pembeda yang lain, atau ilmu
bersifat umum, internasional. Komunalisme berarti bahwa ilmu
pengetahuan merupakan hasil pengujian dan dengan sendirinya menjadi milik umum.
Disinterestedness
berarti berlawanan dengan kepentingan golongan.
Skeptimisme berarti ilmu tak begitu saja menerima suatu kebenaran. Ilmu
mempunyai kemampuan memprediksi sesuatu yang bersifat dasar dari penemuan yang
berlandaskan logika, sehingga ilmu terbuka untuk diuji kebenarannya dan bisa
batal apabila sudah ada penemuan baru yang dianggap lebih benar. Ilmu
dirumuskan sebagai himpunan sebab akibat yang disusun secara sistematis
berdasar pengamatan, percobaan, dan penalaran, yang didahului oleh rasa ingin
tahu.
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
1.
Ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur dan dibuktikan.
2.
Koherensi
sistematik ilmu.
3.
Tidak
memerlukan kepastian lengkap.
4.
Bersifat
objektif.
5.
Adanya
metodologi.
6.
Ilmu
bersumber didalam kesatuan objeknya.
2.
Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi
itu bersifat fisik, yakni yang dapat diliahat secara inderawi. Teknologi dalam
arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat
yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dunia.
Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni.
Manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang
berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti ini baru memperlihatkan
satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari
sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus
atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu system atau struktur
dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai
suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia,
tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya cipta” yang berdiri di luar
kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan
suatu komunitas manusia yang lain.
Awalnya teknologi dapat dipahami sebagai hasil
buatan manusia, tetapi kini teknologi juga harus dipahami sebagai sesuatu yang
dapat menghasilkan suatu kemanusiaan tertentu. Teknologi bukan lagi sebagai
“barang”, tetapi telah menjadi semacam “ke-barang-an” yang mampu melahirkan
sejumlah cara hidup, pola hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu
menciptakannya. Demikianlah teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi
dalam barang atau benda atau alat, melainkan telah hadir dalam bentuk sebagai
suatu “roh” zaman, sistem sosial dan struktur masyarakat manusia dalam suatu
komunitas. Memimjam istilah Mangunwijaya, maka teknologi telah menjadi “tuan”
yang memperbudak “raja” yang otonom dan totaliter, bahkan “dewa” yang menuntut
pengorbanan dari manusia.
Dalam
pemahaman seperti itu, maka teknologi jangan dianggap sebagai suatu pokok yang
enteng atau gampangan, melainkan ia harus dipandang sebagai suatu pokok serius
dan bahkan harus mengundang suatu kreativitas pengkajian yang lebih cermat,
dalam dan kritis, baik secara filosofis maupun teologis. Dalam arti bahwa
teknologi juga adalah persoalannya manusia dan dunia ini.
Dengan
orientasi pemahaman seperti itu, kita juga dapat mengerti bahwa teknologi
sebenarnya bukanlah suatu pokok atau tema yang parsial sifatnya, melainkan
adalah sesuatu yang total dan menyeluruh. Dapat dikatakan bahwa teknologi
sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan global. Pemahaman atau
pemaknaan terhadapnya tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan
pendekatan-pendekatan local tradisional, suci dan bersih, lalu memandang
teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (keBarat-Baratan), kotor dan jahat,
melainkan memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan
masyarakat untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti ini adalah begitu
penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia
juga punya dampak-dampak yang merugikan keberadaan manusia. Dan baik manfaat
maupun kerugian itu, juga bukan hanya menjadi bagiannya masyarakat kemana
teknologi itu di manfaatkan, tetapi juga dialami oleh masyarakat dimana
teknologi itu dimulai (dihasilkan atau diciptakan). Jadi sesungguhnya,
teknologi itu adalah tema-nya dan pokok-nya masyarakat global.
Beberapa pendapat para
ahli tentang teknologi;
- David
L. Goetch
Menurut Davit L. Goetch teknologi adalah
“people tools, resources, to solve problems or to extend their capabilities”.
Sehingga teknologi dapat dipahami sebagai “upaya’ untuk mendapatkan suatu
“produk” yang dilakukan oleh manusia dengan memanfaatkan peralatan (tools),
proses, dan sumberdaya (resources)
- Arnold
Pacey
Menurut Arnold Pacey
teknologi adalah “The application os scientific and other know ledge to
pratical taks by orderet system, that involve people organizations, living
things and macines”. Dari defenisi ini Nampak, bahwa teknologi tetap terkait
pada pihak-pihak yang terlibat dalam
perencanaanya, karena itulah teknologi tetap terkait pihak-pihak yang terlibat
dalam perencanaanya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak
bebas budaya dan social, ekonomi dan politik.
- Rias
Van Wyk
Menurut
Rias Van Wyk “ Technologi is a “ set of
means” created by people to pacilitate human endeavor”. Dari devenisi tersebut,
ada beberapa esensi yang terkandung yaitu :
1. Teknologi
terkait dengan idea atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan
teknologi bersama dengan keberadaan budaya ummat manusia.
2. Teknologi
merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial.
3. Teknologi
merupakan himpunan dari pikiran ( set of means ), sehingga teknologi dapat
dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis.
4. Teknologi
bertujuan untuk memfasilitas ikhtiar manusia ( human endeavor ). Sehingga
teknologi harus mampu meningkatkan performa ( kinerja ) kemampuan manusia.
Dari
defenisi di atas, ada beberapa hal yang terkandung tentang apa arti teknologi
yaitu : keterampilan ( skill ), logika berfikir ( algorithinia ), dan perangkat
kelas ( hardware ). Dalam pandangan Managemen of Technology, teknologi dapat
digambarkan dalam beragam cara yaitu sebagai berikut :
§ Teknologi
sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud didalamnya terkandung apa saja yang
dibutuhkan untuk mengubah ( menkonversikan ) sumberdaya ( resources ) ke suatu
produk atau jasa.
§ Teknologi
tidak ubahnya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai
suatu tujuan ( objective ).
§ Teknologi
adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa ( angineering ) yang
dapat diaplikasikan pada perencanaan produk dan atau proses atau pada
penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3.
Seni
Kata
“seni” adalah sebuah kata yang semua
orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda.
Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yangkurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu diEropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan. Seni merupakan kesanggupan akal untuk mengolah sesuatu yg
bernilai tinggi. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Menurut KBBI (2008:1316), Seni
adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya, dsb.). Tiga faktor utama dalam keindahan adalah kesempurnaan, keharmonisan,
dan sinar kecerlangan.
menurut Hamka
,bahwa seni yang setinggi-tingginya adalah ketika telah berkumpul didalam kebenaran,
keadilan, dan keindahan yang direkat oleh cinta yang kudus
Seni
identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran.
Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.Seni yang lepas dari
nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan
akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang
yang kematangan jiwanya terus bertambah. Seni adalah sebuah keindahan yang
dapat mengungkap rasa sampai jauh ke dalam jiwa seseorang Jadi apabila pernah
merasakan sebuah getaran keindahanyang begitu dalam dan membuat kita tidak
dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap arti kata seni
dalam arti yang sebenarnya.
B.
Pandangan Islam Tentang IPTEKS
a.
Ilmu Menurut Islam
Dalam
pandangan Islam, ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah
bersabda bahwa untuk hidup bahagia di
dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia diakhirat punmanusia
memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusiajuga memerlukan
ilmu. Jadi kita mesti menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatandunia, terlebih
lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulahIslam
mewajibkan menuntuti lmu ini. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr) Bahkan dalam
Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangkawaktu tertentu, ia
mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh
Rasulullah dengan sabdanya : “Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang
lahad”.
Akal dan wahyu adalah sumber ilmu dalam Islam.
Keduanya tidak boleh bertentangan. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat
abadi(perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber
dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquiredknowledge) tingkat
kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.Dalam
pemikiran sekuler (perennial knowledge) yang bersumber dari wahyu Allah tidak
diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal,
agama dipertentangkan dengan ilmu.Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal,
agama dan ilmu harus sejalan tidak boleh
dipertentangkan.Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah membimbing
dan mengarahkan akal.Namun, manusia tetap diberi kebebasan
dalam mengembangkan akal budi selama masih berada dalam tuntunan Quran dan
Sunah Rasul. Berdasarkan itu, ilmu dalam pemikiran Islam memiliki sifat:
§ abadi (perennial knowledge)
Berarti
bahwa tingkat kebenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah.
§ perolehan (acquired knowledge)
Berarti
bahwa tingkat kebenaranya relatif karena berasal dari pemikiran manusia.
b. Teknologi Menurut Islam
Islam,
agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan saja
mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan
membina peradaban,bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan
menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.
Pesatnya perkembangan Sains dan
Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil dari perkembangan
Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah menjadi
keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu
memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telpon, hand phone,
faksimili, internet, dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja,
bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat
komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau di
angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh dunia
dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,perkembangan dalam
bidang lainpun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah
tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita
mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia.Allah berfirman dalam Al
Qur’an yang maksudnya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi sertasilih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda(Kebesaran
Allah) bagi kalangan ulul albab. Yaitu merekayang hatinya selalu bersama Allah
di waktu berdiri, dudukdan dalam keadaan berbaring dan
memikirkantentangpenciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan
kami,tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia,Maha Suci Engkau,
maka perliharalah kami dari azabneraka.(QS Al Imron 190-191)
Dari ayat ini dapat kita
lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan sains dan teknologi,
Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan
keagunganNya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan
keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat
lagi Allah yang menciptakannya.
c. Seni Menurut Islam
Pandangan
Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi
salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini.Allah
melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya
dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf
ayat 6 yang atinya : Maka Apakah mereka
tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,bagaimana Kami meninggikannya
dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Seorang
ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik
rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta
mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi
biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi,
yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.
Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak masuk surga
orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.”Ada orang
berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal
bagus.”Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan.
Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”
(HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an
adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa
arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya,
keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga
sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.
Dalam membacanya, kita dituntut
untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama
tilawahnya sekaligus.Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an
dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari
fitrahnya mencintai keindahan.Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian
dengan kehidupan manusia.Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang
ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun
gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang
semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah
pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ?Sebaiknya kita kembalikan kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang
yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia)
dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai
olok-olokan.Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan
perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan
Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia
terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram
hukumnya.Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
hal nyanyian antara lain :
1. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah,
karena isinya harus sesuai dengan etika islami dan ajaran-ajarannya.2.
2. Penampilan dan gayamenyanyikannya
juga perlu dilihat.
3. Nyanyian tersebut tidak disertai
dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar, menampakkan aurat, atau pergaulan
bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.
4. Nyanyian, sebagaimana semua hal yang
hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi dengan sikap tidak berlebih-lebihan.
d.
Integrasi Antara Iman,takwa dan
Iptek
Dalam pandangan
Islam antara iman di satu sisi, dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di
sisi lain, haruslah terjadi hubungan yang harmonis dan tidak boleh
dipisah-pisahkan. Sistem yang terintegrasi inilah yang dinamakan dengan Dinul
Islam karena berarti telah memuat
aqidah, syari’ah, dan akhlaq.Aktivitas manusia tidak akan bernilai
sebagai amal shalih kalau tidak dibangun di atas iman dan ilmu yang
benar.Pencarian dan pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan ketaqwaan
tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi
umat manusia dan lingkungannya, bahkan bisa menjadi malapetaka.
Secara lebih spesifik, integrasi iptek
dalam iman dan takwa ini diperlukan karena empat alasan. Pertama, iptek akan
memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat
manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas iman dan takwa, iptek bisa disalah gunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat merusak Iptek dapat mengancam nilai-nilai
kemanusiaan.
Kedua, pada kenyataannya iptek yang
menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang
bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan
dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidup manusia tidak
hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga membutuhkan iman,takwa dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan
spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan
kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan
Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin,
dunia dan akhirat.
Keempat, iman dan takwa menjadi landasan dan dasar paling kuat yang
akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar iman dan takwa,
segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak
akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam
semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan
menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :
“Dan orang-orang yang kafir
amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya.” (Q.S. An-Nur : 39).
Dengan
demikian integrasi iman, takwa dan iptek harus diupayakan dalam format yang
tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
C.
Etika Dalam Bidang IPTEKS
Menurut bahasa Yunani “etika” berasal dari kata Ethos yang berarti Kebiasaan, Adat, Watak, Perasaan, Sikap Cara berpikir, sedangkan dalam bahasa latin
“etika” disebut dengan Moral yang artinya adat kebiasaan, Mos (tunggal) yang
berarti kebiasaan dan Mores (jamak) yang artinya adat kebiasaan, kesusilaan.
Etika
adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to),
benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau
good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati
nurani. Bernaung di bawah filsafat moral (Soewardi, 1999). Etika merupakan
tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu, dengan argumen bahwa kalau
sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukan bagi
manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat
kewajiban-kewajiban tentang kebaikan yang pelaksananya (eksekutor) tidak
ditunjuk. Eksekutor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadapan pada opsi
baik atau buruk, dimana yang baik itulah yang menjadi kewajiban ekskutor dalam
situasi ini.
Rasa ingin tahu akan
keterangan mengapa suatu hal terjadi yang kemudian dikait-kaitkan dan
digolong-golongkan sehingga hal yang tersendiri itu dapat dianggap mewakili suatu
peristiwa yang berlaku lebih umum itulah akhirnya yang membangkitkan sains atau
ilmu pengetahuan. Mohr (1977) mendefinisikan sains secara operasional sebagai
suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat azas menuju penemuan keterangan
tentang pengetahuan yang benar. Oleh karena itu tanggung jawab utama ilmuwan
terhadap dirinya sendiri, sesame ilmuwan, dan masyarakat ialah menjamin
kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya dan
dapat dinuat oleh sesame ilmuwan lainnya. Dengan demikian selain menjaga agar
semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu benar, ia harus memberikan
tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang
tidak benar. Tanggung jawab ilmiah seperti ini adalah tanggung jawab masyarakat
ilmiah yang lazim dan sudah berlaku turun-temurun. Hal ini pula yang menjadi
alasan mengapa seorang ilmuwan seharusnya tidak menerima begitu saja menerima
pernyataan seorang ilmuwan lain sebagai sesuatu yang benar, walaupun misalnya
ilmuwan yang dihadapinya itu adalah ilmuwan ternama. Dan tidak boleh mengambil
keputusan berdasarkan perasaan karena pengembangan ilmu berdasarkan prasangka
ini harus dibayar mahal, karena tidak mustahil banyak bakat-bakat terpendam
telah salah diarahkan ketika lulus dari sekolah dasar dantidak muncul di
permukaan sebagai kaum yang cerdik pandai.
Kita dapat menegaskan
kembali bahwa tujuan sains ialah menemukan pengetahuan yang benar mengenai
berbagai keadaan alam semesta. Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan
sumbangan pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang
sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan ekonomi atau social yang memintanya
untuk tidak melakukan hal itu karena
tanggung jawabanya ialah memerangi ketidak tahuan, prasangka,dan takhayul
dikalangan manusia mengenai alam semesta ini. Oleh karena itu di kalangan
masyarakat ilmuwan ada sekumpulan pedoman kerja yang disepakati harus diikuti
oleh seorang ilmuwan yang terhormat. Pedoman kerja itu secara ringkas mencakup
butir-butir berikut :
1. Bekerja
dengan jujur
2. Jangan
sekali-kali menunggangi data
3. selalulah
bertindak tepat, teliti dan cermat
4. Berlakulah
adila terhadapa pendapat orang lain yang muncul terlebih dahulu
5. Jauhilah
pandangan berbias terhadapa data dan pemikiran orang lain
6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tuntas
Seorang ilmuwan
tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi
yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral
ternyata hancur berantakan karena beertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
Seorang ilmuwan yang di atas landasn moral memilih untuk membuktikan bahwa
generasi muda kita berkesadaran tinggi (dia terikat pada generasi muda) atau
membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat pada kebijaksanaan
pemerintah) maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan
diri dari semua keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak.
Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral yang sangat dikutuk
masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal di atas itulah yang menjadikan ilmu
bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan menyumbangkan penemuan-penemuan
yang didapatkannya lewat kegiatan ilmiah.
Watak seorang ilmuan
Ilmu
merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, Karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan cepat dan menjadi lebih
mudah. Dan kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal
memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang
sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan
lainnya seperti transportasi, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainnya.
Singkatan ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapa itujuan hidupnya.
Disisi
lain ilmu pengetahuan tidak hanya dapat merupakan berkah dan penyelamat bagi
manusia, tetapi juga dapat bersifat negatif yang akhirnya menimbulkan
malapetaka. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan
berbagai bentuk teknologi yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia
namun pada akhirnya justru menyulitkan bahkan menimbulkan malapetaka bagi
manusia. Sebagai contoh dalam pembuatan bom kuman yang dipakai sebahgai alat
untuk membunuh sesama manusia. Untuk menghindari berbagai kemungkinan hal yang
bersifat negatif tersebut diperlukan pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang
berpihak pada nilai-nilai.
Proses
ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat tentu saja tidak lepas dari si Ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Maka dari itu,
tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah berdasarkan pada tempat yang tepat,
tanggungjawabakademis,dan tanggung jawab moral.
Dalam
perkembangan keilmuan, seorang ilmuwan harus memahami etika, baik itu sebagai
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia maupun sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Dari pemahaman tersebut
dapat dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia,
dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Jalan pikirannya tidak hanya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dan diteliti. Hal inilah yang membedakan antara ilmuwan dengan orang awam. Disinilah ilmuwan sebagai pemeran penting dalam meluruskan segala pemikiran orang awam yang pada umumnya keliru dalam membuat suatu asumsi maupun suatu keputusan.
Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang ilmuwan. Karakteristik tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai tujuan akan berpengaruh pada pandangan moral. Selain memberikan suatu informasi, ilmuwan juga harus bisa memberikan contoh. Dalam hal ini ilmuwan harus bisa berlaku obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan harus bisa mengakui kesalahan.
Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Jalan pikirannya tidak hanya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dan diteliti. Hal inilah yang membedakan antara ilmuwan dengan orang awam. Disinilah ilmuwan sebagai pemeran penting dalam meluruskan segala pemikiran orang awam yang pada umumnya keliru dalam membuat suatu asumsi maupun suatu keputusan.
Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang ilmuwan. Karakteristik tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai tujuan akan berpengaruh pada pandangan moral. Selain memberikan suatu informasi, ilmuwan juga harus bisa memberikan contoh. Dalam hal ini ilmuwan harus bisa berlaku obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan harus bisa mengakui kesalahan.
Landasan
moral yang fundamental sangat perlu diperhatikan oleh seorang ilmuwan. Ilmu
harus bersifat netral seperti yang dimaksud oleh Keraf dan Dua bahwa ilmu
pengetahuan harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan
ilmiah murni. Di samping itu ilmu pengetahuan juga harus berpihak kepada
kemanusiaan yang besar dan tidak mengenal batas geografis, sistem politik, atau
sistem kemasyarakatan lainnya. Sebagai kesimpulan, diperlukan landasan moral
yang kukuh untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara konstruktif terutama
untuk para ilmuwan.
Tanggung jawab seorang ilmuan
terhadap lingkungan
Kewenangan
manusia untuk mempergunakan alam bukanlah hak mutlaknya tapi merupakan hak yang
telah direkomendasikan oleh Allah SWT. Dan suatu saat akan diminta
pertanggungjawaban oleh pemilik sejatinya. Oleh karenanya manusia berkewajiban
memelihara keseimbangan dan keselarasan alam agar tidak rusak seperti pertama
kali Allah meminjamkan pada manusia. Sebagai mana termaktub dalam QS.
Al-Qhashash (28) ayat 77 :
“Dan
carilah pada apa yang Allah karuniakan kepada kamu negeri akhirat, tetapi
janganlah engkau melupakan nasibmu di dunia ini. Berbuatlah kebaikan sebagai
mana Allah telah berbuat kebaikan kepada kamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”.
Sebagai
khalifah di bumi manusia juga sebagai hamba Allah yang berkewajiban untuk
beribadah kepada-Nya dengan menjalankan ajaran-ajaran yang telah diturunkan
kepada umat manusia. Untuk dapat beribadah dengan khusuk dan istiqamah (mantap
dalam keimanan) manusia harus lebih mengenal dan memahami Khaliknya. Dalam
rangka mengenal dan memahami Allah itulah alam semesta digunakan sebagai media
untuk memngerti dan memahami rahasia Allah SWT. Dzat yang mutlak. Tentu bersama-sama
dengan mengkaji dan memahami ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Perpaduan anatara ayat kauniyah (alam semesta) dan ayat Al-qur’an akan
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan kebahagiaan
di akhirat. Jadi dalam pandangan Islam alam semesta mempunyai dua fungsi.
Pertama, untuk memenuhi kebutuhan manusia agar bisa beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, sebagai media untuk memahami kekuasaan, kebesaran, dan keluasan dzat
Allah.
Dengan dua
peranan alam bagi manusia menurut konsep Islam inilah tindakan eksploitasi alam
secara brutal yang mengesampingkan keselarasan dan keseimbangannya tidak bisa
ditolerir ajaran Islam, dan krisis lingkungan yang melanda dunia saat ini
merupakan persoalan besar dalam memahami peranan manusia sebagai khalifah
sekaligus hamba Allah di bumi. Manusia telah menjadikan dirinya sebagai raja
yang mempunyai kekuasaan mutlak atas alam semesta. Dan meniadakan
pertanggungjawabannya nanti dihadapan Allah atas tindakannya terhadap alam
semesta.
Bagi seorang
muslim menyelamatkan lingkungan hidup adalah merupakan perintah agamanya, tidak
hanya sekedar mencari legitimasi agama atas isu-isu lingkungan hidup yang
semakin keras dendangnya. Karena dengan lingkungan yang sehatlah seorang muslim
dapat melangsungkan ibadah dan menjadikan alam sebagai media mengenal dan
memahami Allah, disamping kitab suci.
Daftar
Pustaka
Nurfarisah,Sawungsari.2011.”IptekdanSeniDalamIslam”.http://www.aspeketikailmuteknologidansenidalamhubunganketuhanan.com,
diakses 10 november 2011.
Amalia,Rosa,dkk.2010.”IptekdanSeniDalamIslam”.http://www.slideshare.net/yellowanemon/makalah-03.com,
diakses 19 februari 2010.
Ibrahim.2011.”HubunganAntaraIlmuTeknologi,Etika,Kebudayaan,danKrisisKemanusiaan”.http://makalahjannai.blogspot.com,diakses
10 oktober 2012
Natasasmita,Dias.2012.”IptekdanSeniDalamPandanganIslam”.http://adios19.wordpress.com,
diakses 12 maret 2012.
Ronosumitro,Muhayat.2012.”IptekdanSeniDalamPandanganIslam.”http://mahasiswa.ung.ac.id,
diakses 31 oktober 2012
Ratnaputri,Yesi.2012.”IptekSeniIslam”
http://tugas2yesi.blogspot.com, diakses 17 juni 2012
Best 10 Casinos Near Me - MapyRO
BalasHapusFind the best 10 casinos near you. It 광명 출장안마 is 서울특별 출장안마 an 세종특별자치 출장샵 easy-to-follow experience, and if you can't wait, 전주 출장안마 stay at a casino near 동두천 출장마사지 you.