Senin, 18 Mei 2015

makalah wawasan ipteks


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Aspek etika ilmu, tekhnologi dan seni dalam hubungannya dengan ketuhanan”.Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah wawasan IPTEKS.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Penyusun





DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Ilmu, Teknologi dan Seni
2.2  Pandangan Islam Tentang IPTEKS
2.3  Etika Dalam Bidang IPTEKS
BAB III PENUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Perkembangan teknologi di masa sekarang semakin terasa pesat dan sangat diperlukan oleh manusia. Sukar untuk dibayangkan manusia sekarang hidup tanpa teknologi. Kehidupan harian masa sekarang mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal sampai alat-alat transportasi, alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari pada penggunaan teknologi, oleh sebab itu tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi sangatlah berperan penting dalam kehidupan manusia.
 Penemuan tekhnologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan bagi manusia. Namun dengan berkembangnya tekhnologi dimana sekarang ini timbullah masalah-masalah yang tidak etis yang tidak pernah terduga sebelumnya, seperti penyalahgunaan tekhnologi dikalangan masyarakat. Alasan inilah yang melatarbelakangi kami menulis makalah berjudul “ASPEK ETIKA ILMU, TEKHNOLOGI DAN SENI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KETUHANAN”. Makalah ini juga kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah WAWASAN IPTEKS. Untuk penjelasan lebih lanjut akan kami bahas dalam bab-bab selanjutnya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.         Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
2.         Bagaimana pandangan Islam tentang IPTEKS
3.         Bagaimana etika dalam bidang IPTEKS

C. Tujuan penulisan makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1.         Untuk mengetahui aspek etika dalam bidang IPTEKS
2.         Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang IPTEKS
















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Ilmu , Teknologi dan Seni
1.   Ilmu
Pengertian “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu. Suatu pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera manusia dapat dikerucutkan sebagai sebuah ilmu, apabila memenuhi tiga unsur  pokok, yakni :
·      Ontology
Pengetahuan yang dikaji memiliki bidang studi yang jelas, dapat diidentifikasi, dapat diberi batasan, dan memiliki sifat essensial
·      Epistimologi
Pengetahuan memiliki metode kerja yang jelas. Proses perolehan bidang studi atau objek tersebut memenuhi metode deduksi, induksi atau eduksi. Pada metode deduksi, proses engolahan bidang studi diuraikan dari suatu bidang yang sempit. Sedangkan metode induksi, ilmu tersebut berproses dari bidang yang luas dan dikerucutkan menjadi bidang tertentu.
·      Aksiologi
Pengetahuan atau bidang studi memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam artian, tidak terdapat kerancuan, atau pun sifat kontradiktif (koheren)

Meurut Supraptono (2008:198), norma ilmu bersifat universalisme, komunalisme, disinterestedness, dan skeptimisme. Universalisme berarti bahwa ilmu tidak bergantung ras, warna kulit, dan pembeda-pembeda yang lain, atau ilmu bersifat umum, internasional. Komunalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan merupakan hasil pengujian dan dengan sendirinya menjadi milik umum. Disinterestedness berarti berlawanan dengan kepentingan golongan. Skeptimisme berarti ilmu tak begitu saja menerima suatu kebenaran. Ilmu mempunyai kemampuan memprediksi sesuatu yang bersifat dasar dari penemuan yang berlandaskan logika, sehingga ilmu terbuka untuk diuji kebenarannya dan bisa batal apabila sudah ada penemuan baru yang dianggap lebih benar. Ilmu dirumuskan sebagai himpunan sebab akibat yang disusun secara sistematis berdasar pengamatan, percobaan, dan penalaran, yang didahului oleh rasa ingin tahu.
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
1.         Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur  dan dibuktikan. 
2.         Koherensi sistematik ilmu.
3.         Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4.         Bersifat objektif.
5.         Adanya metodologi.
6.         Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.

2.   Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik, yakni yang dapat diliahat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni. Manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti ini baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu system atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya cipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Awalnya teknologi dapat dipahami sebagai hasil buatan manusia, tetapi kini teknologi juga harus dipahami sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan suatu kemanusiaan tertentu. Teknologi bukan lagi sebagai “barang”, tetapi telah menjadi semacam “ke-barang-an” yang mampu melahirkan sejumlah cara hidup, pola hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu menciptakannya. Demikianlah teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi dalam barang atau benda atau alat, melainkan telah hadir dalam bentuk sebagai suatu “roh” zaman, sistem sosial dan struktur masyarakat manusia dalam suatu komunitas. Memimjam istilah Mangunwijaya, maka teknologi telah menjadi “tuan” yang memperbudak “raja” yang otonom dan totaliter, bahkan “dewa” yang menuntut pengorbanan dari manusia.
Dalam pemahaman seperti itu, maka teknologi jangan dianggap sebagai suatu pokok yang enteng atau gampangan, melainkan ia harus dipandang sebagai suatu pokok serius dan bahkan harus mengundang suatu kreativitas pengkajian yang lebih cermat, dalam dan kritis, baik secara filosofis maupun teologis. Dalam arti bahwa teknologi juga adalah persoalannya manusia dan dunia ini.
Dengan orientasi pemahaman seperti itu, kita juga dapat mengerti bahwa teknologi sebenarnya bukanlah suatu pokok atau tema yang parsial sifatnya, melainkan adalah sesuatu yang total dan menyeluruh. Dapat dikatakan bahwa teknologi sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan global. Pemahaman atau pemaknaan terhadapnya tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan local tradisional, suci dan bersih, lalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (keBarat-Baratan), kotor dan jahat, melainkan memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti ini adalah begitu penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang merugikan keberadaan manusia. Dan baik manfaat maupun kerugian itu, juga bukan hanya menjadi bagiannya masyarakat kemana teknologi itu di manfaatkan, tetapi juga dialami oleh masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau diciptakan). Jadi sesungguhnya, teknologi itu adalah tema-nya dan pokok-nya masyarakat global.
Beberapa pendapat para ahli tentang teknologi;
-       David L. Goetch
     Menurut Davit L. Goetch teknologi adalah “people tools, resources, to solve problems or to extend their capabilities”. Sehingga teknologi dapat dipahami sebagai “upaya’ untuk mendapatkan suatu “produk” yang dilakukan oleh manusia dengan memanfaatkan peralatan (tools), proses, dan sumberdaya (resources)
-       Arnold Pacey
Menurut Arnold Pacey teknologi adalah “The application os scientific and other know ledge to pratical taks by orderet system, that involve people organizations, living things and macines”. Dari defenisi ini Nampak, bahwa teknologi tetap terkait pada pihak-pihak  yang terlibat dalam perencanaanya, karena itulah teknologi tetap terkait pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaanya, karena itulah teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas budaya dan social, ekonomi dan politik.
-       Rias Van Wyk
Menurut Rias Van Wyk  “ Technologi is a “ set of means” created by people to pacilitate human endeavor”. Dari devenisi tersebut, ada beberapa esensi yang terkandung yaitu :
1.      Teknologi terkait dengan idea atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknologi bersama dengan keberadaan budaya ummat manusia.
2.      Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial.
3.      Teknologi merupakan himpunan dari pikiran ( set of means ), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis.
4.      Teknologi bertujuan untuk memfasilitas ikhtiar manusia ( human endeavor ). Sehingga teknologi harus mampu meningkatkan performa ( kinerja ) kemampuan manusia.
Dari defenisi di atas, ada beberapa hal yang terkandung tentang apa arti teknologi yaitu : keterampilan ( skill ), logika berfikir ( algorithinia ), dan perangkat kelas ( hardware ). Dalam pandangan Managemen of Technology, teknologi dapat digambarkan dalam beragam cara yaitu sebagai berikut :
§  Teknologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud didalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah ( menkonversikan ) sumberdaya ( resources ) ke suatu produk atau jasa.
§  Teknologi tidak ubahnya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan ( objective ).
§  Teknologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa ( angineering ) yang dapat diaplikasikan pada perencanaan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3.   Seni
Kata “seni”  adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yangkurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu diEropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Seni merupakan  kesanggupan akal untuk mengolah sesuatu yg bernilai tinggi. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Menurut KBBI (2008:1316), Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dsb.). Tiga faktor utama dalam keindahan adalah kesempurnaan, keharmonisan, dan sinar kecerlangan.
menurut Hamka ,bahwa seni yang setinggi-tingginya adalah ketika telah berkumpul didalam kebenaran, keadilan, dan keindahan yang direkat oleh cinta yang kudus
Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh ke dalam jiwa seseorang Jadi apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahanyang begitu dalam dan membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap arti kata seni dalam arti yang sebenarnya.
B.      Pandangan Islam Tentang IPTEKS
a.   Ilmu Menurut Islam
Dalam pandangan Islam, ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk  hidup bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia diakhirat punmanusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusiajuga memerlukan ilmu. Jadi kita mesti menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatandunia, terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulahIslam mewajibkan menuntuti lmu ini. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr) Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangkawaktu tertentu, ia mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh Rasulullah dengan sabdanya : “Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”.
Akal dan wahyu adalah sumber ilmu dalam Islam. Keduanya tidak boleh bertentangan. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi(perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquiredknowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.Dalam pemikiran sekuler (perennial knowledge) yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu.Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak  boleh dipertentangkan.Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.Namun, manusia tetap diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budi selama masih berada dalam tuntunan Quran dan Sunah Rasul. Berdasarkan itu, ilmu dalam pemikiran Islam memiliki sifat:
§  abadi (perennial knowledge)
Berarti bahwa tingkat kebenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah.
§  perolehan (acquired knowledge)
Berarti bahwa tingkat kebenaranya relatif karena berasal dari pemikiran manusia.
b.   Teknologi  Menurut Islam
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban,bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.
Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telpon, hand phone, faksimili, internet, dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,perkembangan dalam bidang lainpun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia.Allah berfirman dalam Al Qur’an yang maksudnya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi sertasilih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda(Kebesaran Allah) bagi kalangan ulul albab. Yaitu merekayang hatinya selalu bersama Allah di waktu berdiri, dudukdan dalam keadaan berbaring dan memikirkantentangpenciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia,Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami dari azabneraka.(QS Al Imron 190-191)
 Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan keagunganNya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang menciptakannya.
c.    Seni Menurut Islam
Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini.Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 yang atinya : Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun  buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.”Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.”Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.
Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.Rasulullah bersabda :
Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.”  (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan.Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar  seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ?Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan.Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal nyanyian antara lain :
1.      Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika     islami dan ajaran-ajarannya.2.
2.      Penampilan dan gayamenyanyikannya juga perlu dilihat.
3.      Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum  khamar, menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.
4.      Nyanyian, sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi    dengan sikap tidak berlebih-lebihan.
d.         Integrasi Antara Iman,takwa dan Iptek
Dalam pandangan Islam antara iman di satu sisi, dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di sisi lain, haruslah terjadi hubungan yang harmonis dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Sistem yang terintegrasi inilah yang dinamakan dengan Dinul Islam karena berarti telah memuat  aqidah, syari’ah, dan akhlaq.Aktivitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalau tidak dibangun di atas iman dan ilmu yang benar.Pencarian dan pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan lingkungannya, bahkan bisa menjadi malapetaka.  
            Secara lebih spesifik,  integrasi iptek dalam iman dan takwa ini diperlukan karena empat alasan. Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas iman dan takwa, iptek bisa disalah gunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat merusak Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan.
Kedua, pada kenyataannya iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidup manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga membutuhkan  iman,takwa dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Keempat, iman dan takwa  menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar iman dan takwa, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (Q.S. An-Nur : 39).
Dengan demikian integrasi iman, takwa dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
C.      Etika Dalam Bidang IPTEKS
Menurut bahasa Yunani  “etika”  berasal dari kata Ethos yang berarti Kebiasaan, Adat, Watak, Perasaan, Sikap  Cara berpikir, sedangkan dalam bahasa latin “etika” disebut dengan Moral yang artinya adat kebiasaan, Mos (tunggal) yang berarti kebiasaan dan Mores (jamak) yang artinya adat kebiasaan, kesusilaan.
Etika adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to), benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral (Soewardi, 1999). Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu, dengan argumen bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan yang pelaksananya (eksekutor) tidak ditunjuk. Eksekutor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadapan pada opsi baik atau buruk, dimana yang baik itulah yang menjadi kewajiban ekskutor dalam situasi ini.
Rasa ingin tahu akan keterangan mengapa suatu hal terjadi yang kemudian dikait-kaitkan dan digolong-golongkan sehingga hal yang tersendiri itu dapat dianggap mewakili suatu peristiwa yang berlaku lebih umum itulah akhirnya yang membangkitkan sains atau ilmu pengetahuan. Mohr (1977) mendefinisikan sains secara operasional sebagai suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat azas menuju penemuan keterangan tentang pengetahuan yang benar. Oleh karena itu tanggung jawab utama ilmuwan terhadap dirinya sendiri, sesame ilmuwan, dan masyarakat ialah menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya dan dapat dinuat oleh sesame ilmuwan lainnya. Dengan demikian selain menjaga agar semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu benar, ia harus memberikan tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang tidak benar. Tanggung jawab ilmiah seperti ini adalah tanggung jawab masyarakat ilmiah yang lazim dan sudah berlaku turun-temurun. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa seorang ilmuwan seharusnya tidak menerima begitu saja menerima pernyataan seorang ilmuwan lain sebagai sesuatu yang benar, walaupun misalnya ilmuwan yang dihadapinya itu adalah ilmuwan ternama. Dan tidak boleh mengambil keputusan berdasarkan perasaan karena pengembangan ilmu berdasarkan prasangka ini harus dibayar mahal, karena tidak mustahil banyak bakat-bakat terpendam telah salah diarahkan ketika lulus dari sekolah dasar dantidak muncul di permukaan sebagai kaum yang cerdik pandai.
Kita dapat menegaskan kembali bahwa tujuan sains ialah menemukan pengetahuan yang benar mengenai berbagai keadaan alam semesta. Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan ekonomi atau social yang memintanya untuk tidak  melakukan hal itu karena tanggung jawabanya ialah memerangi ketidak tahuan, prasangka,dan takhayul dikalangan manusia mengenai alam semesta ini. Oleh karena itu di kalangan masyarakat ilmuwan ada sekumpulan pedoman kerja yang disepakati harus diikuti oleh seorang ilmuwan yang terhormat. Pedoman kerja itu secara ringkas mencakup butir-butir berikut :
1.      Bekerja dengan jujur
2.      Jangan sekali-kali menunggangi data
3.      selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat
4.      Berlakulah adila terhadapa pendapat orang lain yang muncul terlebih dahulu
5.      Jauhilah pandangan berbias terhadapa data dan pemikiran orang lain
6.       Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tuntas
Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena beertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuwan yang di atas landasn moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi (dia terikat pada generasi muda) atau membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat pada kebijaksanaan pemerintah) maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri dari semua keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral yang sangat dikutuk masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal di atas itulah yang menjadikan ilmu bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan menyumbangkan penemuan-penemuan yang didapatkannya lewat kegiatan ilmiah.
Watak seorang ilmuan
            Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, Karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan cepat dan menjadi lebih mudah. Dan kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainnya. Singkatan ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapa itujuan hidupnya.
            Disisi lain ilmu pengetahuan tidak hanya dapat merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga dapat bersifat negatif yang akhirnya menimbulkan malapetaka. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia namun pada akhirnya justru menyulitkan bahkan menimbulkan malapetaka bagi manusia. Sebagai contoh dalam pembuatan bom kuman yang dipakai sebahgai alat untuk membunuh sesama manusia. Untuk menghindari berbagai kemungkinan hal yang bersifat negatif tersebut diperlukan pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang berpihak pada nilai-nilai.
            Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu saja tidak lepas dari si Ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Maka dari itu, tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah berdasarkan pada tempat yang tepat, tanggungjawabakademis,dan tanggung jawab moral.
            Dalam perkembangan keilmuan, seorang ilmuwan harus memahami etika, baik itu sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia maupun sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Dari pemahaman tersebut dapat dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
             Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Jalan pikirannya tidak hanya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dan diteliti. Hal inilah yang membedakan antara ilmuwan dengan orang awam. Disinilah ilmuwan sebagai pemeran penting dalam meluruskan segala pemikiran orang awam yang pada umumnya keliru dalam membuat suatu asumsi maupun suatu keputusan.
              Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang ilmuwan. Karakteristik tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai tujuan akan berpengaruh pada pandangan moral. Selain memberikan suatu informasi, ilmuwan juga harus bisa memberikan contoh. Dalam hal ini ilmuwan harus bisa berlaku obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan harus bisa mengakui kesalahan.
            Landasan moral yang fundamental sangat perlu diperhatikan oleh seorang ilmuwan. Ilmu harus bersifat netral seperti yang dimaksud oleh Keraf dan Dua bahwa ilmu pengetahuan harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni. Di samping itu ilmu pengetahuan juga harus berpihak kepada kemanusiaan yang besar dan tidak mengenal batas geografis, sistem politik, atau sistem kemasyarakatan lainnya. Sebagai kesimpulan, diperlukan landasan moral yang kukuh untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara konstruktif terutama untuk para ilmuwan.
Tanggung jawab seorang ilmuan terhadap lingkungan
Kewenangan manusia untuk mempergunakan alam bukanlah hak mutlaknya tapi merupakan hak yang telah direkomendasikan oleh Allah SWT. Dan suatu saat akan diminta pertanggungjawaban oleh pemilik sejatinya. Oleh karenanya manusia berkewajiban memelihara keseimbangan dan keselarasan alam agar tidak rusak seperti pertama kali Allah meminjamkan pada manusia. Sebagai mana termaktub dalam QS. Al-Qhashash (28) ayat 77 :
“Dan carilah pada apa yang Allah karuniakan kepada kamu negeri akhirat, tetapi janganlah engkau melupakan nasibmu di dunia ini. Berbuatlah kebaikan sebagai mana Allah telah berbuat kebaikan kepada kamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Sebagai khalifah di bumi manusia juga sebagai hamba Allah yang berkewajiban untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan ajaran-ajaran yang telah diturunkan kepada umat manusia. Untuk dapat beribadah dengan khusuk dan istiqamah (mantap dalam keimanan) manusia harus lebih mengenal dan memahami Khaliknya. Dalam rangka mengenal dan memahami Allah itulah alam semesta digunakan sebagai media untuk memngerti dan memahami rahasia Allah SWT. Dzat yang mutlak. Tentu bersama-sama dengan mengkaji dan memahami ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Perpaduan anatara ayat kauniyah (alam semesta) dan ayat Al-qur’an akan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Jadi dalam pandangan Islam alam semesta mempunyai dua fungsi. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan manusia agar bisa beribadah kepada Allah SWT. Kedua, sebagai media untuk memahami kekuasaan, kebesaran, dan keluasan dzat Allah.
Dengan dua peranan alam bagi manusia menurut konsep Islam inilah tindakan eksploitasi alam secara brutal yang mengesampingkan keselarasan dan keseimbangannya tidak bisa ditolerir ajaran Islam, dan krisis lingkungan yang melanda dunia saat ini merupakan persoalan besar dalam memahami peranan manusia sebagai khalifah sekaligus hamba Allah di bumi. Manusia telah menjadikan dirinya sebagai raja yang mempunyai kekuasaan mutlak atas alam semesta. Dan meniadakan pertanggungjawabannya nanti dihadapan Allah atas tindakannya terhadap alam semesta.
Bagi seorang muslim menyelamatkan lingkungan hidup adalah merupakan perintah agamanya, tidak hanya sekedar mencari legitimasi agama atas isu-isu lingkungan hidup yang semakin keras dendangnya. Karena dengan lingkungan yang sehatlah seorang muslim dapat melangsungkan ibadah dan menjadikan alam sebagai media mengenal dan memahami Allah, disamping kitab suci. 

Daftar Pustaka
Nurfarisah,Sawungsari.2011.”IptekdanSeniDalamIslam”.http://www.aspeketikailmuteknologidansenidalamhubunganketuhanan.com, diakses 10 november 2011.
Amalia,Rosa,dkk.2010.”IptekdanSeniDalamIslam”.http://www.slideshare.net/yellowanemon/makalah-03.com, diakses 19 februari 2010.
Ibrahim.2011.”HubunganAntaraIlmuTeknologi,Etika,Kebudayaan,danKrisisKemanusiaan”.http://makalahjannai.blogspot.com,diakses 10 oktober 2012
Natasasmita,Dias.2012.”IptekdanSeniDalamPandanganIslam”.http://adios19.wordpress.com, diakses 12 maret 2012.
Ronosumitro,Muhayat.2012.”IptekdanSeniDalamPandanganIslam.”http://mahasiswa.ung.ac.id, diakses 31 oktober 2012
Ratnaputri,Yesi.2012.”IptekSeniIslam” http://tugas2yesi.blogspot.com, diakses 17 juni 2012






                       




















1 komentar:

  1. Best 10 Casinos Near Me - MapyRO
    Find the best 10 casinos near you. It 광명 출장안마 is 서울특별 출장안마 an 세종특별자치 출장샵 easy-to-follow experience, and if you can't wait, 전주 출장안마 stay at a casino near 동두천 출장마사지 you.

    BalasHapus